KABAR BERMAKNA HANYA MENGEKSPOS INFO PENTING DAN BERMAKANA
Showing posts with label EDUKASI. Show all posts
Showing posts with label EDUKASI. Show all posts

Tuesday, January 7, 2014

         Bentuk Implementasi Strategi dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pemilihan Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.....
Berdasarkan masalah   Model pembelajaran  yang dilandasi oleh teori belajar konstruktivis  ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa.
         Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
         Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Dalam pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, yaitu suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alatm tetapi  tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Pola urutan dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Pola urutan dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama.
Misalnya setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran.
            Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, yang di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan.
           Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda.
Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.  Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
           Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai.              Pembelajaran  adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa).
Sehingga prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
          Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain.
          Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
 4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
5. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri.
 Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam.   Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

         Bentuk Implementasi Strategi dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pemilihan Model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacam-macam keterampilan, prosedur pemecahan masalah dan berpikir kritis.....
Berdasarkan masalah   Model pembelajaran  yang dilandasi oleh teori belajar konstruktivis  ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa.
         Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
         Model-model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Dalam pengklasifikasian berdasarkan tujuan adalah pembelajaran langsung, yaitu suatu model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau untuk topik-topik yang banyak berkaitan dengan penggunaan alatm tetapi  tidak sesuai bila digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika tingkat tinggi.
Pola urutan dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan alur tahap-tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai dengan serangkaian kegiatan pembelajaran.
Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh guru atau siswa. Pola urutan dari bermacam-macam model pembelajaran memiliki komponen-komponen yang sama.
Misalnya setiap model pembelajaran diawali dengan upaya menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran.
            Setiap model pembelajaran diakhiri dengan tahap menutup pelajaran, yang di dalamnya meliputi kegiatan merangkum pokok-pokok pelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Tiap-tiap model pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan.
           Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda.
Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan dengan guru.  Pada model pembelajaran kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
           Pemilihan model dan metode pembelajaran menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajarannya dapat tercapai.              Pembelajaran  adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Di madrasah, tindakan pembelajaran ini dilakukan nara sumber (guru) terhadap peserta didiknya (siswa).
Sehingga prinsipnya strategi pembelajaran sangat terkait dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang dilakukan guru dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada para siswanya.
          Pada saat ini banyak dikembangkan model-model pembelajaran. Menurut penemunya, model pembelajaran temuannya tersebut dipandang paling tepat diantara model pembelajaran yang lain.
          Untuk menyikapi hal tersebut diatas, maka perlu kita sepakati hal-hal sebagai berikut :
1. Siswa Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah banyak yang masih berada dalam tahap berpikir konkret. Model dan metode apapun yang diterapkan, pemanfaatan alat peraga masih diperlukan dalam menjelaskan beberapa konsep matematika.
2. Kita tidak perlu mendewakan salah satu model pembelajaran yang ada. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelemahan dan kekuatan.
3. Kita dapat memilih salah satu model pembelajaran yang kita anggap sesuai dengan materi pembelajaran kita; dan jika perlu kita dapat menggabungkan beberapa model pembelajaran.
 4. Model apa pun yang kita terapkan, jika kita kurang menguasai meteri dan tidak disenangi para siswa, maka hasil pembelajaran menjadi tidak efektif.
5. Oleh kerena itu komitmen kita adalah sebagai berikut :
a. Kita perlu menguasai materi yang harus kita ajarkan, dapat mengajarkannya, dan terampil dalam menggunakan alat peraga.
b. Kita berniat untuk memberikan yang kita punyai kepada para siswa dengan sepenuh hati, hangat, ramah, antusias, dan bertanggung jawab.
c. Menjaga agar para siswa “mencintai” kita, menyenangi materi yang kta ajarkan, dengan tetap menjaga kredibilitas dan wibawa kita sebagai guru dapat mengembangkan model pembelajaran sendiri.
 Anggaplah kita sedang melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam.   Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.

Monday, January 6, 2014

Setiap lembaga telah dsarankan untuk dapat merencakan program lembaga mulai dari visi, misi, sampai penanganan masing-masing komponen untuk merealisasikan misi dan visi tersebut.
Dalam pelaksanaan sehari-hari masing-masing lembaga akan memiliki karakter yang berbeda-beda sesuai dengan bidang yang ditekuni.
Kelemahan terbesar dari lembaga pendidikan di Indonesia adalah karena tidak mempunyai basis pengembangan budaya yang jelas. 
Lembaga pendidikan kita hanya dikembangkan berdasarkan model ekonomi untuk menghasilkan sumber daya manusia pekerja ( abdi dalam ) yang sudah dirancang menurut tata nilai ekonomi yang berlaku ( kapitalistik ) ( Mubiato, 2002 : 98 ).

Dengan demikian tidak mengherankan bila keluaran pendidikan hanya ingin menjadi manusia pencari kerja dan tidak berdaya, bukan manusia kreatif pencipta keterkaitan kesejahteraan dalam siklus rangkai manfaat yang beraneka ragam. 
Untuk mendorong terjadinya upaya pembudayaan di lembaga pendidikan ini adalah meletakkan basis budayana yang mengakar pada sumber nilai setempat yang utuh mencakup semua aspek kemanusiaan, sehingga membuka peluang pengembangannya sesuai dengan kreatifitas dan inisiatif yang dikelola dalam lembaga pendidikan itu

Setiap lembaga telah dsarankan untuk dapat merencakan program lembaga mulai dari visi, misi, sampai penanganan masing-masing komponen untuk merealisasikan misi dan visi tersebut.
Dalam pelaksanaan sehari-hari masing-masing lembaga akan memiliki karakter yang berbeda-beda sesuai dengan bidang yang ditekuni.
Kelemahan terbesar dari lembaga pendidikan di Indonesia adalah karena tidak mempunyai basis pengembangan budaya yang jelas. 
Lembaga pendidikan kita hanya dikembangkan berdasarkan model ekonomi untuk menghasilkan sumber daya manusia pekerja ( abdi dalam ) yang sudah dirancang menurut tata nilai ekonomi yang berlaku ( kapitalistik ) ( Mubiato, 2002 : 98 ).

Dengan demikian tidak mengherankan bila keluaran pendidikan hanya ingin menjadi manusia pencari kerja dan tidak berdaya, bukan manusia kreatif pencipta keterkaitan kesejahteraan dalam siklus rangkai manfaat yang beraneka ragam. 
Untuk mendorong terjadinya upaya pembudayaan di lembaga pendidikan ini adalah meletakkan basis budayana yang mengakar pada sumber nilai setempat yang utuh mencakup semua aspek kemanusiaan, sehingga membuka peluang pengembangannya sesuai dengan kreatifitas dan inisiatif yang dikelola dalam lembaga pendidikan itu

Saturday, December 14, 2013

Semua metode mengajar sama. Semua mendeskripsikan kegiatan belajar-mengajar daya upaya mencapai tujuan pembelajaran. Metode mengajar mendeskripsikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar. Metode mengajar mendeskripsikan pengalaman belajar siswa yang berproses sehingga jelas pentahapannya. Dari metode dapat kita lihat bagaimana  pengalaman belajar siswa berkembang sehingga siswa menguasai pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menguatkan sikap yang terbentuk melalui proses belajar.

Tiap metode memiliki kebermaknaan tertentu terhadap hasil belajar siswa. Namun semua bergantung pada guru juga yang menggunakan metode. Bergantung pada keterampilannya menggunakan metode, berbatung pada factor-faktor lain yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Penggunaan metode mengajar dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu, langsung dan tak langsung. Pengkategorian ini jika diurai lebih lanjut  keadaannya jauh sedikit lebih rumit daripada yang dapat dilihat secara sepintas. Tiap metode pembelajaran memiliki kelebihan, kekurangan, serta membutuhkan persiapan awal yang berbeda-beda. Kelebihan dan kekurangan bisa juga secara alami karena terkait erat pada metode yang lain. 

Guru perlu memiliki keterampilan khusus untuk mengaitkan tiap metode yang digunakan untuk memudahkan siswa menyerap materi pelajaran.
Kita tahu pula bahwa metode pembelajaran adalah “benar” untuk pelajaran tertentu. Itu sangat bergantung pada banyak hal. Di antaranya, usia siswa, tingkat perkembangan siswa, pengetahuan yang sudah siswa kuasai sebelumnya,  di samping itu, bergantung pula pada materi yang harus siswa kuasai, pada mata pelajaran apa, SK-dan KD apa, dan indicator pembelajaran seperti apa, ketersediaan waktu, sumber belajar yang tersedia, serta waktu belajar yang digunakan seperti pagi, siang, sore dsb.

Yang cukup menyulitkan guru adalah memilih metode mengajar yang paling sesuai dengan materi pelajaran serta sesuai dengan harapan siswa seingga dapat mengembangkan potensi belajarnya secara optimal. Siswa menyukainya karena metode sesuai dengan gaya mengajar dan suasana belajar. Motivasi belajar siswa meningkat karena siswa menyukai cara guru berinteraksi.
Sekali pun guru dapat memilih metode yang paling sesuai, namun  tak ada satu pun metode yang berhak mendapat julukan terbaik.  Oleh karena itu, guru perlu  mempertimbangkan dan menganalisis karakteristik khas tiap metode. Dengan memhami itu maka guru  terbantu memilih keputusan terbaik.

Di bawah ini terdapat sejumlah metode yang sangat populer yang dapat dipertimbangkan untuk membuat pembelajaran lebih aktif dan menggunakan metode yang lebih variatif. Berikut analisis dari sisi kelibihan dan kekurangannya, serta hal-hal yang perlu guru persiapkan sebelam pelaksanaan pembelajaran dimulai. Sejumlah metode di bawah ini dimuat  pada  penulisnya menyatakan bahwa urutan itu dikembangkan begitu saja tanpa memperhatikan adanya prioritas tertentu atau karena pertimbangan-pertimbangan tertentu.www.adprima.com/teachmeth.htm

Tatap Muka (Directing Teaching)

Kelebihan
Kekuarangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Memungkinkan mencapai target belajar yang sangat spesifik.
  • Siswa dapat mendalami mengapa materi yang dipelajarinya penting.
  • Siswa dapat mengklarifikasi tujuan pembelajaran
  • Dengan cepat dapat mengukur materi yang telah siswa kuasai.
  • Metode ini digunakan secara luas oleh guru di mana pun
  • Baik digunakan untuk menjelaskan fakta yang spesifik dan keterampilan dasar.
  • Dapat membatasi kreativitas guru.
  • Memerlukan pengorganisasian materi pelajaran dengan baik dan persiapan keterampilan komonikasi yang prima.
  • Tiap tahap pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan.
  • Dapat menghambat efektivitas pengembangan keterampilan berpikir level tinggi dan sangat bergantung pada tingkat kesulitan materi serta kompetensi guru.
    • Materi pelajaran harus dikemas dengan baik sebelum pelaksanaan pembelajaran.
  • Guru harus memiliki pemahaman bekal ajar siswa sebelum pembelajaran di mulai, memahami benar pengetahuan yang sudah siswa kuasai.

Belajar Bersama (Kooperatif Learning)
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Membantu  meningkatkan keterladanan dan tanggungjawab
  • Tidak seluruh siswa bekerja optimal
  • Tentukan dengan jelas pengetahuan dan keterampilan yang hendak siswa pelajari.
  • Didukung dengan riset dengan teknik yang efektif.
  • Siswa cenderung sulit berbagi jawaban.
  • Tentukan siapkan dan tentukan persyaratan agar siswa dapat bekerja dalam kelompok.
  • Siswa belajar bersabar, mengurangi mengkritik, dan lebih toleran.
  • Siswa agresif cenderung mengambil alih bicara.


  • Siswa yang cerdas menunjukkan dominasinya.


Metode Guru
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Materi yang faktual dijelaskan secara langsung, dan logis.
  • Sangat ditentukan oleh keterampilan bicara.
  • Pembukaan dan kesimpulan harus disiakan dengan jelas.
  • Diperkaya dengan inspirasi dari pengalaman guru.
  • Siswa selalu pasif.
  • Efektivitas pembelajaran berkaitan erat dengan waktu dan ruang lingkup materi dan siswa.
  • Bermanfaat untuk kelompok belajar kelas besar.
  • Proses belajar sulit diukur.
  • Sertai dengan contoh dan humor.

  • Komunikasi satu arah.


  • Tidak banyak mengapresiasi siswa


  • Tidak diajurkan metode ini digunakan untuk siswa di bawah 5 tahun.


Ceramah-Diskusi
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan

  • Memberi ruang kepada siswa untuk berpartisipasi, paling tidak setelah ceramah selesai.

  • Sedikitnya waktu yang bersisa menjadi kendala diskusi.

  • Guru harus menyiapkan pertanyaan yang akan memicu diskusi.

  • Siswa dapat ditantang bertanya atau mengklarifikasi.

  • Efektivitas diskusi sangat bergantung pada ketepatan pertanyaan dan diskusi sehingga guru harus berpindah atara menjelaskan dengan diskusi.

  • Guru harus mengantisipasi tingkat kesulitan pertanyaan dan mesepon pertanyaan siswa dengan tepat

  • Guru dapat menyelingi ceramah dengan diskusi


Menghadirkan Pakar
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Kehadiran ahli dari luar memberikan opini berbeda
  • Kepribadian pembicara membayangi keberhasilan dalam penyampaian materi.
  • Guru sebaiknya menjadi salah satu panelis.
  • Dapat memprovokasi dan menghangatkan diskusi
  • Seorang ahli belum tentu sebagai pembicara yang baik.
  • Guru menyajikan ringkasan.
  • Seringnya mengundang pembicara yang berbeda dapat memelihara minat siswa.
  • Materi yang dibahas belum tentu sesui dengan yang siswa harapkan.
  • Guru mengarahkan panel

  • Tidak cocok untuk siswa kelas dasar.

Semua metode mengajar sama. Semua mendeskripsikan kegiatan belajar-mengajar daya upaya mencapai tujuan pembelajaran. Metode mengajar mendeskripsikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar. Metode mengajar mendeskripsikan pengalaman belajar siswa yang berproses sehingga jelas pentahapannya. Dari metode dapat kita lihat bagaimana  pengalaman belajar siswa berkembang sehingga siswa menguasai pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan menguatkan sikap yang terbentuk melalui proses belajar.

Tiap metode memiliki kebermaknaan tertentu terhadap hasil belajar siswa. Namun semua bergantung pada guru juga yang menggunakan metode. Bergantung pada keterampilannya menggunakan metode, berbatung pada factor-faktor lain yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Penggunaan metode mengajar dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu, langsung dan tak langsung. Pengkategorian ini jika diurai lebih lanjut  keadaannya jauh sedikit lebih rumit daripada yang dapat dilihat secara sepintas. Tiap metode pembelajaran memiliki kelebihan, kekurangan, serta membutuhkan persiapan awal yang berbeda-beda. Kelebihan dan kekurangan bisa juga secara alami karena terkait erat pada metode yang lain. 

Guru perlu memiliki keterampilan khusus untuk mengaitkan tiap metode yang digunakan untuk memudahkan siswa menyerap materi pelajaran.
Kita tahu pula bahwa metode pembelajaran adalah “benar” untuk pelajaran tertentu. Itu sangat bergantung pada banyak hal. Di antaranya, usia siswa, tingkat perkembangan siswa, pengetahuan yang sudah siswa kuasai sebelumnya,  di samping itu, bergantung pula pada materi yang harus siswa kuasai, pada mata pelajaran apa, SK-dan KD apa, dan indicator pembelajaran seperti apa, ketersediaan waktu, sumber belajar yang tersedia, serta waktu belajar yang digunakan seperti pagi, siang, sore dsb.

Yang cukup menyulitkan guru adalah memilih metode mengajar yang paling sesuai dengan materi pelajaran serta sesuai dengan harapan siswa seingga dapat mengembangkan potensi belajarnya secara optimal. Siswa menyukainya karena metode sesuai dengan gaya mengajar dan suasana belajar. Motivasi belajar siswa meningkat karena siswa menyukai cara guru berinteraksi.
Sekali pun guru dapat memilih metode yang paling sesuai, namun  tak ada satu pun metode yang berhak mendapat julukan terbaik.  Oleh karena itu, guru perlu  mempertimbangkan dan menganalisis karakteristik khas tiap metode. Dengan memhami itu maka guru  terbantu memilih keputusan terbaik.

Di bawah ini terdapat sejumlah metode yang sangat populer yang dapat dipertimbangkan untuk membuat pembelajaran lebih aktif dan menggunakan metode yang lebih variatif. Berikut analisis dari sisi kelibihan dan kekurangannya, serta hal-hal yang perlu guru persiapkan sebelam pelaksanaan pembelajaran dimulai. Sejumlah metode di bawah ini dimuat  pada  penulisnya menyatakan bahwa urutan itu dikembangkan begitu saja tanpa memperhatikan adanya prioritas tertentu atau karena pertimbangan-pertimbangan tertentu.www.adprima.com/teachmeth.htm

Tatap Muka (Directing Teaching)

Kelebihan
Kekuarangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Memungkinkan mencapai target belajar yang sangat spesifik.
  • Siswa dapat mendalami mengapa materi yang dipelajarinya penting.
  • Siswa dapat mengklarifikasi tujuan pembelajaran
  • Dengan cepat dapat mengukur materi yang telah siswa kuasai.
  • Metode ini digunakan secara luas oleh guru di mana pun
  • Baik digunakan untuk menjelaskan fakta yang spesifik dan keterampilan dasar.
  • Dapat membatasi kreativitas guru.
  • Memerlukan pengorganisasian materi pelajaran dengan baik dan persiapan keterampilan komonikasi yang prima.
  • Tiap tahap pembelajaran perlu dirancang dan dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan.
  • Dapat menghambat efektivitas pengembangan keterampilan berpikir level tinggi dan sangat bergantung pada tingkat kesulitan materi serta kompetensi guru.
    • Materi pelajaran harus dikemas dengan baik sebelum pelaksanaan pembelajaran.
  • Guru harus memiliki pemahaman bekal ajar siswa sebelum pembelajaran di mulai, memahami benar pengetahuan yang sudah siswa kuasai.

Belajar Bersama (Kooperatif Learning)
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Membantu  meningkatkan keterladanan dan tanggungjawab
  • Tidak seluruh siswa bekerja optimal
  • Tentukan dengan jelas pengetahuan dan keterampilan yang hendak siswa pelajari.
  • Didukung dengan riset dengan teknik yang efektif.
  • Siswa cenderung sulit berbagi jawaban.
  • Tentukan siapkan dan tentukan persyaratan agar siswa dapat bekerja dalam kelompok.
  • Siswa belajar bersabar, mengurangi mengkritik, dan lebih toleran.
  • Siswa agresif cenderung mengambil alih bicara.


  • Siswa yang cerdas menunjukkan dominasinya.


Metode Guru
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Materi yang faktual dijelaskan secara langsung, dan logis.
  • Sangat ditentukan oleh keterampilan bicara.
  • Pembukaan dan kesimpulan harus disiakan dengan jelas.
  • Diperkaya dengan inspirasi dari pengalaman guru.
  • Siswa selalu pasif.
  • Efektivitas pembelajaran berkaitan erat dengan waktu dan ruang lingkup materi dan siswa.
  • Bermanfaat untuk kelompok belajar kelas besar.
  • Proses belajar sulit diukur.
  • Sertai dengan contoh dan humor.

  • Komunikasi satu arah.


  • Tidak banyak mengapresiasi siswa


  • Tidak diajurkan metode ini digunakan untuk siswa di bawah 5 tahun.


Ceramah-Diskusi
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan

  • Memberi ruang kepada siswa untuk berpartisipasi, paling tidak setelah ceramah selesai.

  • Sedikitnya waktu yang bersisa menjadi kendala diskusi.

  • Guru harus menyiapkan pertanyaan yang akan memicu diskusi.

  • Siswa dapat ditantang bertanya atau mengklarifikasi.

  • Efektivitas diskusi sangat bergantung pada ketepatan pertanyaan dan diskusi sehingga guru harus berpindah atara menjelaskan dengan diskusi.

  • Guru harus mengantisipasi tingkat kesulitan pertanyaan dan mesepon pertanyaan siswa dengan tepat

  • Guru dapat menyelingi ceramah dengan diskusi


Menghadirkan Pakar
Kelebihan
Kekurangan
Yang Perlu Guru Persiapkan
  • Kehadiran ahli dari luar memberikan opini berbeda
  • Kepribadian pembicara membayangi keberhasilan dalam penyampaian materi.
  • Guru sebaiknya menjadi salah satu panelis.
  • Dapat memprovokasi dan menghangatkan diskusi
  • Seorang ahli belum tentu sebagai pembicara yang baik.
  • Guru menyajikan ringkasan.
  • Seringnya mengundang pembicara yang berbeda dapat memelihara minat siswa.
  • Materi yang dibahas belum tentu sesui dengan yang siswa harapkan.
  • Guru mengarahkan panel

  • Tidak cocok untuk siswa kelas dasar.




Gagasan tentang penilaian telah mengalami perubahan penting. Dalam pandangan yang baru, proses pembelajaran dan penilaian merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Penilaian memberikan informasi tentang pencapai penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik. Sementara itu, guru merancang dan melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, melalui penilaian guru akan memperoleh informasi tentang bagaimana seharusnya guru merancang/mendesain pembelajaran dan bagaimana seharusnya peserta didik belajar.
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan c. penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
a.        Penilaian hasil belajar oleh pendidik diakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semestaer dan ulangan kenaikan tingkat. Penilain hasil belajar menggunakan berbagai instrument, baik tes maupun non-tes atau penugasan yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran.
b.       Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan terhaap semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga, dan kesehatan. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu, pengetahuan dan teknologi melalui ujian sekolaha/madrasah merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
c.        Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu, pengetahuan dan teknologi dilakukan dalm bentuk ujian nasional. Terkait dengan pelaksanaan ujian nasional, pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan ujian nasiona bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan satuan pendidikan.
Perubahan kurikulum dan kurikulum yang berorientasi pada isi pelajaran (content based curriculum) menjadi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi (competency based curriculum) memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran di sekolah. Konsekuensi tersebut bukan hanya pada implementasi atau proses pembelajaran, akan tetapi juga pada penetapan kriteria keberhasilan. Pada tataran implementasi, misalnya perubahan terjadi pada proses pembelajaran, dan proses pembelajaran yang menekankan pada selesainya penyampaian pokok bahasan (isi pelajaran) pada satu semester oleh siswa. Dengan demikian dalam implementasi kurikulum guru dituntut untuk dapat menggunakan Model dan metode pembelajaran yang bervariasi.
Dalam penetapan kriteria keberhasilan, kalau kurikulum sebelumnya kriteria ditetapkan oleh sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, sekarang dalam KTSP keberhasilan ditentukan lebih dari itu, yaitu bagaimana materi pelajaran yang telah dikuasai itu berdampak pada perubahan perilaku atau performance siswa seharian.
Perubahan paradigma kurikulum tersebut, membawa implikasi terhadap paradigma ke penilaian dengan menggunakan acuan standar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun secara praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai siswa atau belum.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dimana implementasinya berdasarkan kompetensi, ada dua hal penting yang harus dipahami tentang evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu proses pembelajaran. Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Mengapa demikian? Sebab evaluasi dalam konteks kompetensi bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented) akan tetapi juga pada proses pembelajaran (process oriented), sebagai upaya memantau perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental dan kejiwaan.
Kedua, dalam konteks KTSP, evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau keberhasilarmnya sendin dalam proses pembelajaran (self evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap bahwa evaluasi merupakan suatu beban yang kadang-kadang mengganggu sikap mentalnya. Melalui self evaluation siswa akan menganggap bahwa evaluasi adalah sesuatu yang wajar yang haruss dilaksanakan.
Dalam implementasi KTSP evaluasi harus mengacu pada kelas pembelajaran atau disebut penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu :
Pertama, Penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran, artinya bahwa penilaian ini dilakukan secara terus-menerus dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar kelas, seperti laboratorium atau di lapangan ketika siswa sedang melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan kegiatan yang terpisah dan proses pembelajaran.
Kedua, penilaian berbasis kelas, merupakan proses pengurupulan informasi yang menyeluruh, artinya dalam penilaian berbasis kelas, guru dapat mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif siswa seperti menggunakan tes, maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, dan evaluasi terhadap produk atau karya siswa.
Ketiga, basil pengurupulan informasi dimanfaatkan untuk menetapkan tingkat penguasaan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator basil belajar seperti yang terdapat dalam kurikulum.
Keempat, basil pengurupulan informasi, digunakan untuk meningkatkan basil belajar siswa melalui proses perbaikan kualitas pembelajaran agar lebib efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, minimal ada tiga manfaat yang ingin dicapai oleh penilaian berbasis kelas:
a.        Menjamin agar proses pembelajaran yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan rambu-rambu yang terdapat dalam kurikulum.
b.       Menentukan berbagai kelemahan dan kelebihan baik yang dilakukan siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis kelemahan ini sangat berguna untuk perbaikan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
c.        Menentukan pencapaian kompetensi oleh siswa, apakah siswa telah mencapai seluruh kompetensi yang diharapkan atau belum; bagian kompetensi mana yang sudah berhasil dikuasai siswa, dan bagian mana yang belum berhasil dikuasai. Kesimpulan semacam ini sangat penting untuk diketahui sebagai bahan pelaporan baik kepada siswa itu sendiri, kepada orang tua, maupun kepada pihak lain yang dianggap perlu dan terkait dengan sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sebagai suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah sesuai dengan tujuan pencapaian kompetensi. Hakikat penilaian berbasis kelas adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan semata-mata sebagai alat untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran. Oleh karena itulah dalam proses pelaksanaannya, guru perlu memerhatikan prinsip-prinsip: (1) motivasi, (2) validitas, (3) adil, (4) terbuka, (5) berkesinambungan, (6) bermakna, (7) menyeluruh, dan (8) edukatif.

Penilaian dengan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman peserta didik. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan peserta didik, maka akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.
Bagaimana teknik melakukan monitoring terhadap hasil kerja dan pengalaman peserta didik itu? Inilah yang dimaksud dengan penilaian portofolio. Portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan karya peserta didik yang disusun secara sistematis dan terorganisir sebagai hasil dan usaha pembelajaran yang telah dilakukannya dalam kurun waktu tertentu.
Melalui hasil karya tersebut guru dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai bahan penilaian. Hasil karya yang dihasilkan bisa hasil karya yang dikerjakan di dalam kelas (artifacts), atau bisa juga hasil kerja peserta didik yang di lakukan di luar kelas (reproduction). Hasil karya peserta didik itu kemudian dinamakan evidence. Melalui evidence inilah, peserta didik dapat mendemonstrasikan unjuk kerja kepada orang lain baik tentang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penilaian portofolio memiliki beberapa manfaat di antaranya:
a.        Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan peserta didik. Artinya melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekadar pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan keterampilan.
b.       Penilaian portofolio merupakan penilaian yang autentik. Artinya, penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Sebab portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang sekumpulan karya peserta didik. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
c.        Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong peserta didik pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempuma, peserta didik dapat belajar optimal, tanpa merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan sebab penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus-menerus. Setiap hasil kerja peserta didik dimonitor dan diberi komentar.
d.       Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, oleh sebab setiap respons peserta didik dalam proses pembelajaran diberikan reinforcement, dengan demikian peserta didik akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan dan proses pembelajaran yang dilakukannya.
e.        Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran peserta didik. Hal ini disebabkan setiap perkembangan peserta didik yang digambarkan melalui hasil kerja peserta didik, orang tua dimintai komentarnya. Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah; (1) saling percaya, (2) keterbukaan, (3) kerahasiaan, (4) milik bersama, (5) kepuasan dan kesesuaian, (6) budaya pembelajaran, (7) refleksi, dan (8) berorientasi pada proses dan hasil. Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian portofolio, yaitu :
1.    Menentukan Tujuan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertujuan. Apa yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan untuk mencapai tujuan itu. Oleh karena itulah tahapan pertama dalam pelaksanaan penilaian portofolio adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, akan memudahkan bagi guru untuk mengelola pembel ajaran Beberapa hal yang sangat penting sehubungan dengan penetapan tujuan portofolio dijelaskan berikut ini.
a.        Dengan menggunakan portofolio, apakah tujuannya untuk memantau proses pembelajaran (process oriented) atau untuk mengevaluasi hasil akhir (product oriented) atau mungkin keduanya.
b.       Apakah tujuan penggunaan portofolio itu sebagai proses pembelajaran atau sebagai alat penilaian?
c.        Apakah portofolio itu digunakan untuk memantau perkembangan dan perubahan setiap siswa atau hanya bermaksud untuk mengoleksi dan mendokumentasikan hasil pekerjaan peserta didik.
d.       Apakah portofolio digunakan untuk menunjukkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung kepada pihak tertentu, misalnya kepada orang tua, atau koinite sekolah, dan lain sebagainya.
Penentuan tujuan portofolio akan sangat membantu dalam menentukan evidence siswa dan proses bagaimana evidence itu diperoleh sebagai bukti bahwa peserta didik telah mencapai suatu kompetensi sesuai dengan rumusan kurikulum.
2.    Penentuan Isi Portofolio
Isi dan bahan portofolio mempakan tahapan berikutnya setelah menentukan tujuan. Isi dalam portofolio harus dapat menggambarkan perkembangan kemampuan siswa yang sesuai dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Misalkan apabila tujuan penggunaan portofolio adalah kemampuan peserta didik dalam membuat sebuah karangan, maka isi portofolio adalah perkembangan kemampuan anak dan mulai mengembangkan ide atau gagasan, menentukan tema, menyusun kalimat, menyusun paragraf, dan seterusnya hingga penyusunan karangan secara utuh. Untuk menghasilkan kompetensi tersebut, tentu saja proses pembelajaran yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, bukan hanya berperan sebagai penerima informasi dan guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan isi portofolio di antaranya:
a.        Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence peserta didik sesuai dengan pengalaman belajar yang telah dilakukannya, atau hanya berisi sebagian saja yang dianggap penting?
b.       Apakah isi portofolio itu relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai sesuai dengan kurikulum?
c.        Apakah portofolio itu berisi evidence peserta didik yang dikerjakannya sendiri atau hasil kerja kelompok?
3.    Menentukan Kriteria dan Format Penilaian
Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria itu disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.
Kriteria penilaian ditentukan dalam dua aspek pokok, yaitu kriteria untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar misalnya ditentukan kriteria penilaian dan aspek kesungguhan menyelesaikan tugas, motivasi belajar, ketepatan waktu penyelesaian, dan lain sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dan hasil belajar disesuaikan dengan isi yang menggambarkan kompetensi.
4.    Pengamatan dan Penentuan bahan Portofolio
Tidak semua bahan (evidence) dimasukkan sebagai bahan portofolio. Portofolio biasanya hanya memuat evidence yang dianggap dapat mewakili dan menggambarkan suatu perkembangan dan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum ditentukan bahan mana yang dianggap dapat dimasukkan ke dalam portofolio, terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan.
Pengamatan dan penentuan bahan sebaiknya dilakukan oleh guru dan peserta didik secara bersama-sama. Peserta didik perlu dimintai pertimbangan-pertimbangan serta alasan-alasannya bahan mana yang harus dimasukkan. Hal ini penting untuk menjainin objektivitas penilaian portofolio.
5.    Menyusun Dokumen Portofolio
Langkah selanjutnya adalah menyusun bahan itu dalam dokumen portofolio misalnya dalam bentuk folder yang dilengkapi dengan :
a.        Identitas peserta didik
b.       Mata pelajarari
c.        Daftar isi dokumen
d.       Isi dokumen beserta komentar-komentar baik dan guru maupun orang tua.




Gagasan tentang penilaian telah mengalami perubahan penting. Dalam pandangan yang baru, proses pembelajaran dan penilaian merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Penilaian memberikan informasi tentang pencapai penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik. Sementara itu, guru merancang dan melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, melalui penilaian guru akan memperoleh informasi tentang bagaimana seharusnya guru merancang/mendesain pembelajaran dan bagaimana seharusnya peserta didik belajar.
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan c. penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
a.        Penilaian hasil belajar oleh pendidik diakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semestaer dan ulangan kenaikan tingkat. Penilain hasil belajar menggunakan berbagai instrument, baik tes maupun non-tes atau penugasan yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik kelompok mata pelajaran.
b.       Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan terhaap semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan ahlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani olah raga, dan kesehatan. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu, pengetahuan dan teknologi melalui ujian sekolaha/madrasah merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
c.        Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu, pengetahuan dan teknologi dilakukan dalm bentuk ujian nasional. Terkait dengan pelaksanaan ujian nasional, pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan ujian nasiona bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan satuan pendidikan.
Perubahan kurikulum dan kurikulum yang berorientasi pada isi pelajaran (content based curriculum) menjadi kurikulum yang berorientasi pada kompetensi (competency based curriculum) memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran di sekolah. Konsekuensi tersebut bukan hanya pada implementasi atau proses pembelajaran, akan tetapi juga pada penetapan kriteria keberhasilan. Pada tataran implementasi, misalnya perubahan terjadi pada proses pembelajaran, dan proses pembelajaran yang menekankan pada selesainya penyampaian pokok bahasan (isi pelajaran) pada satu semester oleh siswa. Dengan demikian dalam implementasi kurikulum guru dituntut untuk dapat menggunakan Model dan metode pembelajaran yang bervariasi.
Dalam penetapan kriteria keberhasilan, kalau kurikulum sebelumnya kriteria ditetapkan oleh sejauh mana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, sekarang dalam KTSP keberhasilan ditentukan lebih dari itu, yaitu bagaimana materi pelajaran yang telah dikuasai itu berdampak pada perubahan perilaku atau performance siswa seharian.
Perubahan paradigma kurikulum tersebut, membawa implikasi terhadap paradigma ke penilaian dengan menggunakan acuan standar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun secara praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai siswa atau belum.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dimana implementasinya berdasarkan kompetensi, ada dua hal penting yang harus dipahami tentang evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu proses pembelajaran. Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Mengapa demikian? Sebab evaluasi dalam konteks kompetensi bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented) akan tetapi juga pada proses pembelajaran (process oriented), sebagai upaya memantau perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental dan kejiwaan.
Kedua, dalam konteks KTSP, evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau keberhasilarmnya sendin dalam proses pembelajaran (self evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap bahwa evaluasi merupakan suatu beban yang kadang-kadang mengganggu sikap mentalnya. Melalui self evaluation siswa akan menganggap bahwa evaluasi adalah sesuatu yang wajar yang haruss dilaksanakan.
Dalam implementasi KTSP evaluasi harus mengacu pada kelas pembelajaran atau disebut penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu :
Pertama, Penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran, artinya bahwa penilaian ini dilakukan secara terus-menerus dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar kelas, seperti laboratorium atau di lapangan ketika siswa sedang melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan kegiatan yang terpisah dan proses pembelajaran.
Kedua, penilaian berbasis kelas, merupakan proses pengurupulan informasi yang menyeluruh, artinya dalam penilaian berbasis kelas, guru dapat mengembangkan berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi yang berkaitan dengan pengujian dan pengukuran tingkat kognitif siswa seperti menggunakan tes, maupun evaluasi terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, dan evaluasi terhadap produk atau karya siswa.
Ketiga, basil pengurupulan informasi dimanfaatkan untuk menetapkan tingkat penguasaan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator basil belajar seperti yang terdapat dalam kurikulum.
Keempat, basil pengurupulan informasi, digunakan untuk meningkatkan basil belajar siswa melalui proses perbaikan kualitas pembelajaran agar lebib efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, minimal ada tiga manfaat yang ingin dicapai oleh penilaian berbasis kelas:
a.        Menjamin agar proses pembelajaran yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan rambu-rambu yang terdapat dalam kurikulum.
b.       Menentukan berbagai kelemahan dan kelebihan baik yang dilakukan siswa maupun guru selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis kelemahan ini sangat berguna untuk perbaikan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
c.        Menentukan pencapaian kompetensi oleh siswa, apakah siswa telah mencapai seluruh kompetensi yang diharapkan atau belum; bagian kompetensi mana yang sudah berhasil dikuasai siswa, dan bagian mana yang belum berhasil dikuasai. Kesimpulan semacam ini sangat penting untuk diketahui sebagai bahan pelaporan baik kepada siswa itu sendiri, kepada orang tua, maupun kepada pihak lain yang dianggap perlu dan terkait dengan sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sebagai suatu proses, pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah sesuai dengan tujuan pencapaian kompetensi. Hakikat penilaian berbasis kelas adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan semata-mata sebagai alat untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran. Oleh karena itulah dalam proses pelaksanaannya, guru perlu memerhatikan prinsip-prinsip: (1) motivasi, (2) validitas, (3) adil, (4) terbuka, (5) berkesinambungan, (6) bermakna, (7) menyeluruh, dan (8) edukatif.

Penilaian dengan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman peserta didik. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan peserta didik, maka akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.
Bagaimana teknik melakukan monitoring terhadap hasil kerja dan pengalaman peserta didik itu? Inilah yang dimaksud dengan penilaian portofolio. Portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan karya peserta didik yang disusun secara sistematis dan terorganisir sebagai hasil dan usaha pembelajaran yang telah dilakukannya dalam kurun waktu tertentu.
Melalui hasil karya tersebut guru dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik baik dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai bahan penilaian. Hasil karya yang dihasilkan bisa hasil karya yang dikerjakan di dalam kelas (artifacts), atau bisa juga hasil kerja peserta didik yang di lakukan di luar kelas (reproduction). Hasil karya peserta didik itu kemudian dinamakan evidence. Melalui evidence inilah, peserta didik dapat mendemonstrasikan unjuk kerja kepada orang lain baik tentang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penilaian portofolio memiliki beberapa manfaat di antaranya:
a.        Penilaian portofolio dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan peserta didik. Artinya melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekadar pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan keterampilan.
b.       Penilaian portofolio merupakan penilaian yang autentik. Artinya, penilaian portofolio memberikan gambaran nyata tentang kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Sebab portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang sekumpulan karya peserta didik. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
c.        Penilaian portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong peserta didik pada pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempuma, peserta didik dapat belajar optimal, tanpa merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan sebab penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terus-menerus. Setiap hasil kerja peserta didik dimonitor dan diberi komentar.
d.       Penilaian portofolio dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, oleh sebab setiap respons peserta didik dalam proses pembelajaran diberikan reinforcement, dengan demikian peserta didik akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan dan proses pembelajaran yang dilakukannya.
e.        Penilaian portofolio dapat mendorong para orang tua peserta didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran peserta didik. Hal ini disebabkan setiap perkembangan peserta didik yang digambarkan melalui hasil kerja peserta didik, orang tua dimintai komentarnya. Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem penilaian portofolio terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah; (1) saling percaya, (2) keterbukaan, (3) kerahasiaan, (4) milik bersama, (5) kepuasan dan kesesuaian, (6) budaya pembelajaran, (7) refleksi, dan (8) berorientasi pada proses dan hasil. Terdapat sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian portofolio, yaitu :
1.    Menentukan Tujuan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertujuan. Apa yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan untuk mencapai tujuan itu. Oleh karena itulah tahapan pertama dalam pelaksanaan penilaian portofolio adalah merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, akan memudahkan bagi guru untuk mengelola pembel ajaran Beberapa hal yang sangat penting sehubungan dengan penetapan tujuan portofolio dijelaskan berikut ini.
a.        Dengan menggunakan portofolio, apakah tujuannya untuk memantau proses pembelajaran (process oriented) atau untuk mengevaluasi hasil akhir (product oriented) atau mungkin keduanya.
b.       Apakah tujuan penggunaan portofolio itu sebagai proses pembelajaran atau sebagai alat penilaian?
c.        Apakah portofolio itu digunakan untuk memantau perkembangan dan perubahan setiap siswa atau hanya bermaksud untuk mengoleksi dan mendokumentasikan hasil pekerjaan peserta didik.
d.       Apakah portofolio digunakan untuk menunjukkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung kepada pihak tertentu, misalnya kepada orang tua, atau koinite sekolah, dan lain sebagainya.
Penentuan tujuan portofolio akan sangat membantu dalam menentukan evidence siswa dan proses bagaimana evidence itu diperoleh sebagai bukti bahwa peserta didik telah mencapai suatu kompetensi sesuai dengan rumusan kurikulum.
2.    Penentuan Isi Portofolio
Isi dan bahan portofolio mempakan tahapan berikutnya setelah menentukan tujuan. Isi dalam portofolio harus dapat menggambarkan perkembangan kemampuan siswa yang sesuai dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam kurikulum. Misalkan apabila tujuan penggunaan portofolio adalah kemampuan peserta didik dalam membuat sebuah karangan, maka isi portofolio adalah perkembangan kemampuan anak dan mulai mengembangkan ide atau gagasan, menentukan tema, menyusun kalimat, menyusun paragraf, dan seterusnya hingga penyusunan karangan secara utuh. Untuk menghasilkan kompetensi tersebut, tentu saja proses pembelajaran yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, bukan hanya berperan sebagai penerima informasi dan guru. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan isi portofolio di antaranya:
a.        Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence peserta didik sesuai dengan pengalaman belajar yang telah dilakukannya, atau hanya berisi sebagian saja yang dianggap penting?
b.       Apakah isi portofolio itu relevan dengan kompetensi yang ingin dicapai sesuai dengan kurikulum?
c.        Apakah portofolio itu berisi evidence peserta didik yang dikerjakannya sendiri atau hasil kerja kelompok?
3.    Menentukan Kriteria dan Format Penilaian
Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria itu disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.
Kriteria penilaian ditentukan dalam dua aspek pokok, yaitu kriteria untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses belajar misalnya ditentukan kriteria penilaian dan aspek kesungguhan menyelesaikan tugas, motivasi belajar, ketepatan waktu penyelesaian, dan lain sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dan hasil belajar disesuaikan dengan isi yang menggambarkan kompetensi.
4.    Pengamatan dan Penentuan bahan Portofolio
Tidak semua bahan (evidence) dimasukkan sebagai bahan portofolio. Portofolio biasanya hanya memuat evidence yang dianggap dapat mewakili dan menggambarkan suatu perkembangan dan perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum ditentukan bahan mana yang dianggap dapat dimasukkan ke dalam portofolio, terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan.
Pengamatan dan penentuan bahan sebaiknya dilakukan oleh guru dan peserta didik secara bersama-sama. Peserta didik perlu dimintai pertimbangan-pertimbangan serta alasan-alasannya bahan mana yang harus dimasukkan. Hal ini penting untuk menjainin objektivitas penilaian portofolio.
5.    Menyusun Dokumen Portofolio
Langkah selanjutnya adalah menyusun bahan itu dalam dokumen portofolio misalnya dalam bentuk folder yang dilengkapi dengan :
a.        Identitas peserta didik
b.       Mata pelajarari
c.        Daftar isi dokumen
d.       Isi dokumen beserta komentar-komentar baik dan guru maupun orang tua.