Gagasan tentang penilaian telah mengalami perubahan penting. Dalam
pandangan yang baru, proses pembelajaran dan penilaian merupakan dua hal yang
tak dapat dipisahkan. Penilaian memberikan informasi tentang pencapai penguasaan standar kompetensi
dan kompetensi dasar oleh peserta didik. Sementara itu, guru merancang dan melaksanakan
pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, melalui penilaian
guru akan memperoleh informasi tentang bagaimana seharusnya guru
merancang/mendesain pembelajaran dan bagaimana seharusnya peserta didik
belajar.
Standar penilaian
pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme,
prosedur, dan instumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a.
penilaian hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan, dan c. penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
a.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik
diakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam
bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan semestaer dan ulangan
kenaikan tingkat. Penilain hasil belajar menggunakan berbagai instrument, baik
tes maupun non-tes atau penugasan yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik
kelompok mata pelajaran.
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan terhaap semua mata pelajaran pada kelompok mata
pelajaran agama dan ahlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaran dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani olah raga, dan kesehatan. Penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran pada kelompok ilmu, pengetahuan dan teknologi melalui ujian sekolaha/madrasah
merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan.
c.
Penilaian hasil belajar oleh
pemerintah bertujuan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu, pengetahuan dan teknologi
dilakukan dalm bentuk ujian nasional. Terkait dengan pelaksanaan ujian
nasional, pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk
menyelenggarakan ujian nasiona bekerja sama dengan instansi terkait di
lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan
satuan pendidikan.
Perubahan kurikulum dan
kurikulum yang berorientasi pada isi pelajaran (content based curriculum) menjadi kurikulum yang berorientasi pada
kompetensi (competency based curriculum)
memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran di sekolah.
Konsekuensi tersebut bukan hanya pada implementasi atau proses pembelajaran,
akan tetapi juga pada penetapan kriteria keberhasilan. Pada tataran
implementasi, misalnya perubahan terjadi pada proses pembelajaran, dan proses
pembelajaran yang menekankan pada selesainya penyampaian pokok bahasan (isi
pelajaran) pada satu semester oleh siswa. Dengan demikian dalam implementasi
kurikulum guru dituntut untuk dapat menggunakan Model dan metode pembelajaran
yang bervariasi.
Dalam penetapan kriteria
keberhasilan, kalau kurikulum sebelumnya kriteria ditetapkan oleh sejauh mana
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, sekarang dalam KTSP keberhasilan
ditentukan lebih dari itu, yaitu bagaimana materi pelajaran yang telah dikuasai
itu berdampak pada perubahan perilaku atau performance siswa seharian.
Perubahan paradigma
kurikulum tersebut, membawa implikasi terhadap paradigma ke penilaian dengan
menggunakan acuan standar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun secara
praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah penguasaan
kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai siswa atau
belum.
Dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan dimana implementasinya berdasarkan kompetensi, ada dua hal
penting yang harus dipahami tentang evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu proses pembelajaran.
Artinya kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan
dalam proses pembelajaran. Mengapa demikian? Sebab evaluasi dalam konteks
kompetensi bukan hanya berorientasi pada hasil (product oriented) akan tetapi
juga pada proses pembelajaran (process oriented), sebagai upaya memantau
perkembangan siswa baik perkembangan kemampuan maupun perkembangan mental dan
kejiwaan.
Kedua, dalam konteks KTSP, evaluasi bukan hanya tanggung jawab guru, akan
tetapi juga menjadi tanggung jawab siswa. Artinya dalam proses evaluasi siswa
dilibatkan oleh guru, sehingga mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi
untuk memantau keberhasilarmnya sendin dalam proses pembelajaran (self
evaluation). Dengan demikian siswa tidak lagi menganggap bahwa evaluasi
merupakan suatu beban yang kadang-kadang mengganggu sikap mentalnya. Melalui
self evaluation siswa akan menganggap bahwa evaluasi adalah sesuatu yang wajar
yang haruss dilaksanakan.
Dalam implementasi KTSP
evaluasi harus mengacu pada kelas pembelajaran atau disebut penilaian berbasis
kelas. Penilaian berbasis kelas memiliki beberapa karakteristik penting, yaitu
:
Pertama, Penilaian berbasis kelas merupakan bagian integral dalam proses
pembelajaran, artinya bahwa penilaian ini dilakukan secara terus-menerus dalam
setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar
kelas, seperti laboratorium atau di lapangan ketika siswa sedang melakukan
proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan evaluasi bukan merupakan kegiatan
yang terpisah dan proses pembelajaran.
Kedua, penilaian berbasis kelas, merupakan proses pengurupulan informasi yang
menyeluruh, artinya dalam penilaian berbasis kelas, guru dapat mengembangkan
berbagai jenis evaluasi, baik evaluasi yang berkaitan dengan pengujian dan
pengukuran tingkat kognitif siswa seperti menggunakan tes, maupun evaluasi
terhadap perkembangan mental melalui penilaian tentang sikap, dan evaluasi
terhadap produk atau karya siswa.
Ketiga, basil pengurupulan informasi dimanfaatkan untuk menetapkan tingkat
penguasaan kompetensi baik standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
basil belajar seperti yang terdapat dalam kurikulum.
Keempat, basil pengurupulan informasi, digunakan untuk meningkatkan basil
belajar siswa melalui proses perbaikan kualitas pembelajaran agar lebib efektif
dan efisien.
Berdasarkan uraian di
atas, minimal ada tiga manfaat yang ingin dicapai oleh penilaian berbasis
kelas:
a.
Menjamin
agar proses pembelajaran yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencapai
kompetensi sesuai dengan rambu-rambu yang terdapat dalam kurikulum.
b. Menentukan berbagai kelemahan dan
kelebihan baik yang dilakukan siswa maupun guru selama proses pembelajaran
berlangsung. Analisis kelemahan ini sangat berguna untuk perbaikan proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
c.
Menentukan
pencapaian kompetensi oleh siswa, apakah siswa telah mencapai seluruh
kompetensi yang diharapkan atau belum; bagian kompetensi mana yang sudah
berhasil dikuasai siswa, dan bagian mana yang belum berhasil dikuasai. Kesimpulan
semacam ini sangat penting untuk diketahui sebagai bahan pelaporan baik kepada
siswa itu sendiri, kepada orang tua, maupun kepada pihak lain yang dianggap
perlu dan terkait dengan sistem penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Sebagai suatu proses,
pelaksanaan penilaian berbasis kelas harus terencana dan terarah sesuai dengan
tujuan pencapaian kompetensi. Hakikat penilaian berbasis kelas adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, bukan semata-mata sebagai alat untuk
mengetahui penguasaan materi pelajaran. Oleh karena itulah dalam proses
pelaksanaannya, guru perlu memerhatikan prinsip-prinsip: (1) motivasi, (2)
validitas, (3) adil, (4) terbuka, (5) berkesinambungan, (6) bermakna, (7)
menyeluruh, dan (8) edukatif.
Penilaian dengan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu
proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman
peserta didik. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan peserta didik, maka
akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.
Bagaimana teknik
melakukan monitoring terhadap hasil kerja dan pengalaman peserta didik itu?
Inilah yang dimaksud dengan penilaian portofolio. Portofolio dapat diartikan
sebagai kumpulan karya peserta didik yang disusun secara sistematis dan
terorganisir sebagai hasil dan usaha pembelajaran yang telah dilakukannya dalam
kurun waktu tertentu.
Melalui hasil karya
tersebut guru dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik baik dalam
aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai bahan penilaian. Hasil
karya yang dihasilkan bisa hasil karya yang dikerjakan di dalam kelas (artifacts), atau bisa juga hasil kerja
peserta didik yang di lakukan di luar kelas (reproduction).
Hasil karya peserta didik itu kemudian dinamakan evidence. Melalui evidence
inilah, peserta didik dapat mendemonstrasikan unjuk kerja kepada orang lain
baik tentang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Penilaian
portofolio memiliki beberapa manfaat di antaranya:
a.
Penilaian portofolio dapat memberikan
gambaran yang utuh tentang perkembangan kemampuan peserta didik. Artinya
melalui penilaian portofolio, informasi yang didapatkan bukan hanya sekadar
pengetahuan saja, akan tetapi juga sikap dan keterampilan.
b. Penilaian
portofolio merupakan penilaian yang autentik. Artinya, penilaian portofolio
memberikan gambaran nyata tentang kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Mengapa demikian? Sebab portofolio adalah dokumen asli yang berisi tentang
sekumpulan karya peserta didik. Melalui dokumen itulah tergambarkan kemampuan peserta didik
yang sesungguhnya.
c.
Penilaian
portofolio merupakan teknik penilaian yang dapat mendorong peserta didik pada
pencapaian hasil yang lebih baik dan lebih sempuma, peserta didik dapat belajar
optimal, tanpa merasa tertekan. Hal ini dimungkinkan sebab penilaian portofolio
adalah penilaian yang dilakukan secara terus-menerus. Setiap hasil kerja
peserta didik dimonitor dan diberi komentar.
d. Penilaian portofolio dapat
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, oleh sebab setiap respons peserta
didik dalam proses pembelajaran diberikan reinforcement, dengan demikian
peserta didik akan segera mengetahui kekurangan dan kelebihan dan proses
pembelajaran yang dilakukannya.
e.
Penilaian
portofolio dapat mendorong para orang tua peserta didik untuk aktif terlibat
dalam proses pembelajaran peserta didik. Hal ini disebabkan setiap perkembangan
peserta didik yang digambarkan melalui hasil kerja peserta didik, orang tua
dimintai komentarnya. Dalam proses pelaksanaan evaluasi dengan sistem
penilaian portofolio terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan.
Prinsip-prinsip tersebut adalah; (1) saling percaya, (2) keterbukaan, (3)
kerahasiaan, (4) milik bersama, (5) kepuasan dan kesesuaian, (6) budaya
pembelajaran, (7) refleksi, dan (8) berorientasi pada proses dan hasil. Terdapat
sejumlah tahapan yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian portofolio,
yaitu :
1. Menentukan Tujuan Portofolio
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertujuan. Apa yang
dilakukan guru dan peserta didik diarahkan untuk mencapai tujuan itu. Oleh karena
itulah tahapan pertama dalam pelaksanaan penilaian portofolio adalah merumuskan
tujuan yang ingin dicapai. Dengan tujuan yang jelas dan terarah, akan
memudahkan bagi guru untuk mengelola pembel ajaran Beberapa hal yang sangat
penting sehubungan dengan penetapan tujuan portofolio dijelaskan berikut ini.
a.
Dengan menggunakan portofolio, apakah
tujuannya untuk memantau proses pembelajaran (process oriented) atau untuk mengevaluasi hasil akhir (product oriented) atau mungkin keduanya.
b.
Apakah tujuan penggunaan portofolio itu
sebagai proses pembelajaran atau sebagai alat penilaian?
c.
Apakah portofolio itu digunakan untuk
memantau perkembangan dan perubahan setiap siswa atau hanya bermaksud untuk
mengoleksi dan mendokumentasikan hasil pekerjaan peserta didik.
d.
Apakah portofolio digunakan untuk
menunjukkan proses pembelajaran yang sedang berlangsung kepada pihak tertentu,
misalnya kepada orang tua, atau koinite sekolah, dan lain sebagainya.
Penentuan tujuan portofolio akan sangat membantu dalam menentukan evidence
siswa dan proses bagaimana evidence itu diperoleh sebagai bukti bahwa peserta
didik telah mencapai suatu kompetensi sesuai dengan rumusan kurikulum.
2. Penentuan Isi Portofolio
Isi dan bahan portofolio mempakan tahapan berikutnya setelah menentukan
tujuan. Isi dalam portofolio harus dapat menggambarkan perkembangan kemampuan
siswa yang sesuai dengan standar kompetensi seperti yang dirumuskan dalam
kurikulum. Misalkan apabila tujuan penggunaan portofolio adalah kemampuan
peserta didik dalam membuat sebuah karangan, maka isi portofolio adalah
perkembangan kemampuan anak dan mulai mengembangkan ide atau gagasan,
menentukan tema, menyusun kalimat, menyusun paragraf, dan seterusnya hingga
penyusunan karangan secara utuh. Untuk menghasilkan kompetensi tersebut, tentu
saja proses pembelajaran yang dilakukan guru harus sesuai dengan kompetensi
yang diharapkan. Peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, bukan hanya
berperan sebagai penerima informasi dan guru. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menentukan isi portofolio di antaranya:
a.
Apakah portofolio itu berisikan seluruh evidence peserta didik sesuai dengan
pengalaman belajar yang telah dilakukannya, atau hanya berisi sebagian saja
yang dianggap penting?
b.
Apakah isi portofolio itu relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai sesuai dengan kurikulum?
c.
Apakah portofolio itu berisi evidence
peserta didik yang dikerjakannya sendiri atau hasil kerja kelompok?
3. Menentukan
Kriteria dan Format Penilaian
Kriteria penilaian disusun sebagai standar patokan untuk
guru dalam menentukan keberhasilan proses dan hasil pembelajaran pada setiap
aspek yang akan dinilai. Adapun aspek-aspek yang dinilai tersebut sangat
tergantung pada jenis kompetensi yang diharapkan. Selanjutnya kriteria itu
disusun dalam sebuah format penilaian yang jelas.
Kriteria penilaian ditentukan dalam dua aspek pokok,
yaitu kriteria untuk proses belajar dan kriteria untuk hasil belajar. Proses
belajar misalnya ditentukan kriteria penilaian dan aspek kesungguhan
menyelesaikan tugas, motivasi belajar, ketepatan waktu penyelesaian, dan lain
sebagainya; sedangkan kriteria dilihat dan hasil belajar disesuaikan dengan isi
yang menggambarkan kompetensi.
4. Pengamatan
dan Penentuan bahan Portofolio
Tidak semua bahan (evidence)
dimasukkan sebagai bahan portofolio. Portofolio biasanya hanya memuat
evidence yang dianggap dapat mewakili dan menggambarkan suatu perkembangan dan
perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum ditentukan bahan mana yang
dianggap dapat dimasukkan ke dalam portofolio, terlebih dahulu perlu dilakukan
pengamatan.
Pengamatan dan penentuan bahan sebaiknya dilakukan oleh guru dan peserta
didik secara bersama-sama. Peserta didik perlu dimintai
pertimbangan-pertimbangan serta alasan-alasannya bahan mana yang harus
dimasukkan. Hal ini penting untuk menjainin objektivitas penilaian portofolio.
5. Menyusun
Dokumen Portofolio
Langkah selanjutnya adalah menyusun bahan itu dalam dokumen portofolio
misalnya dalam bentuk folder yang dilengkapi dengan :
a.
Identitas
peserta didik
b. Mata pelajarari
c.
Daftar
isi dokumen
d.
Isi dokumen beserta komentar-komentar
baik dan guru maupun orang tua.